HAkA berupaya keras untuk memperkuat perlindungan, konservasi, dan pemulihan Hutan Aceh tersisa dan berfokus di Kawasan Ekosistem Leuser (KEL) dari ancaman yang ada. Kami secara aktif mempromosikan pentingnya KEL sebagai salah satu bentang alam utama untuk solusi berbasis alam.

HAkA strives to strengthen the protection, conservation and restoration of Aceh's remaining forests and focuses on the Leuser Ecosystem (KEL) from existing threats. We actively promote the importance of KEL as one of the key landscapes for nature-based solutions.
Copyright © 2025. All Rights Reserved.
HAkA berupaya keras untuk memperkuat perlindungan, konservasi, dan pemulihan Hutan Aceh tersisa dan berfokus di Kawasan Ekosistem Leuser (KEL) dari ancaman yang ada. Kami secara aktif mempromosikan pentingnya KEL sebagai salah satu bentang alam utama untuk solusi berbasis alam.

HAkA strives to strengthen the protection, conservation and restoration of Aceh's remaining forests and focuses on the Leuser Ecosystem (KEL) from existing threats. We actively promote the importance of KEL as one of the key landscapes for nature-based solutions.
Copyright © 2025. All Rights Reserved.
HAkA berupaya keras untuk memperkuat perlindungan, konservasi, dan pemulihan Hutan Aceh tersisa dan berfokus di Kawasan Ekosistem Leuser (KEL) dari ancaman yang ada. Kami secara aktif mempromosikan pentingnya KEL sebagai salah satu bentang alam utama untuk solusi berbasis alam ...
Copyright HAkA © 2025. All Rights Reserved.
  • 16 Juli, 2024
  • Komentar Dinonaktifkan pada HAKA : Aceh Kehilangan Tutupan Hutan 8.906 Hektare dalam Setahun

Banda Aceh — Yayasan Hutan, Alam, dan Lingkungan Aceh (HAkA) mencatat sepanjang tahun 2023, Aceh kehilangan tutupan hutan seluas 8.906 hektare atau setara dengan 1,5 kali luas Danau Lut Tawar, Takengon.

“Jadi 8.906 hektare itu setara dengan 1,5 luasnya danau Lut Tawar. Itu hanya satu tahun saja,” kata, Manajer GIS HAkA, Lukmanul Hakim dalam diskusi Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kota Banda Aceh bertajuk “Deforestasi Hutan Aceh dan Solusinya” di Sekretariat AJI Banda Aceh, Kamis (29/2).

Menurut Lukman, dari 8.906 hektare tutupan hutan yang hilang tersebut, 4.502 hektare di antaranya berada dalam kawasan ekosistem Lauser (KEL). Sementara sisanya di luar KEL, yaitu sekitar 4.854 hektare.

“Luas tutupan hutan menurut data kami itu di tahun 2023 tersisa 2,94 juta hektare, tapi kami yakin angka hutan tersisa di Aceh itu lebih besar dari ini,” tuturnya.

Lukman menjelaskan, hutan di Aceh saat ini masih tergolong lebih bagus jika dibandingkan dengan sembilan provinsi lainnya di Sumatera. Secara nasional, Aceh bahkan berada di peringkat kesembilan persentase tutupan hutan paling tinggi di Indonesia.

“55 persen hutan kita itu masih lebih luas dibanding rata-rata hutan di Indonesia. Indonesia rata-rata nasional yaitu 51 persen, jadi kita masih di atas rata-rata nasional,” ujarnya.

Menurut Lukman, secara tren sebenarnya deforestasi di Aceh terus mengalami penurunan. Berdasarkan data HAkA, di tahun 2015 angka deforestasi masih sekitar 21 ribu hektare. Kemudian turun stabil di angka 15 ribu hektare di rentang 2018 sampai 2020.

“Sementara di tiga tahun terakhir ini juga stabil di angka tiga ribuan hektare,” ucapnya.

Ia menuturkan, selama 2023 terdapat tiga kabupaten tertinggi deforestasi, yaitu Aceh Selatan 1.854 hektare, Subulussalam 911 hektare, dan Aceh Utara 866 hektare. Jika akumulasi 2017-2023, Aceh Tengah paling tinggi deforestasi dibanding daerah lain.

Lukman menambahkan, sejak 2019 sampai 2022, Aceh menjadi provinsi dengan luas tutupan hutan yang paling bagus di Sumatra. Namun Aceh juga nomor satu bencana paling banyak di Sumatra.

“Jadi hutannya paling bagus juga di Sumatra, bencananya juga nomor satu. Ini adalah hal yang bertolak belakang,” ungkapnya.

Sementara itu Koordinator Polisi Hutan BKSDA Aceh, Rahmat, mengatakan dampak deforestasi hutan salah satunya menyempit habitat satwa liar.

Ia menyebutkan Aceh memiliki empat satwa kunci, yaitu gajah, orangutan, harimau, dan badak. Menurutnya, badak satwa paling mengkhawatirkan di Aceh.

“Ada fragmentasi habitat sehingga berkurang ruang gerak atau jelajah satwa,” katanya.

Editor : Boy Nashruddin

Sumber

Posted in
Berita

Berita Terkait

Publikasi
Komentar Dinonaktifkan pada Deklarasi Leuser

Prof. Tgk. Ali Hasimy, Prof. Dr. Syamsuddin Mahmud, H. Bustanil Arifin, H. Teuku Djohan, H.…

Publikasi
Komentar Dinonaktifkan pada Amanah Wali Nanggroe

Selamatkan Hutan Aceh, sebab hutan adalah salah satu warisan leluhur yang akan diberikan untuk anak…